Sabtu, 21 Mei 2011

Kebaikan Hati Penjual Soto Ayam Yang Tidak Terlupakan

soto-ayam

Pada artikel ini, saya bukan ingin mempromosikan soto ayam, namun saya ingin membagikan apa yang saya alami ketika saya membeli soto ayam langganan saya.

Kira-kira sebulan yang lalu, saya teringat akan soto ayam yang sangat saya sukai ketika kuliah dulu. Saya menjulukinya soto ayam paling enak di dunia, karena memang sangat enak dan harganya cukup murah. Pada hari itu, pagi-pagi saya menuju ke penjual soto ayam yang sering saya beli dulu. Karena saya sudah sangat lapar, saya putuskan untuk makan di sana saja. Saya pesan soto ayam dengan nasi putih. Lalu saya teringat akan teman baik yang sudah sering berhutang terhadapnya dan keluarganya. Akhirnya saya putuskan untuk membelikan soto ayam ini kepada keluarga mereka sebanyak dua bungkus. Jadi pada hari itu saya membeli tiga porsi soto ayam dan satu piring nasi putih.

Satu porsi soto ayam pada waktu itu seharga Rp 6.000,- dan nasi putih seharga Rp 2.000,- Jadi untuk semua makanan yang saya makan (belum termasuk minum) harganya Rp 20.000,-

Ketika saya selesai makan, tentu haus dong? Saya melihat air mineral gelas yang ada di meja dan mengambil satu gelas dan meminumnya, namun saya tidak tahu harga dari air mineral gelas tersebut. Ketika saya mau membayar, penjualnya menyebutkan Rp 20.000,- Lalu saya bertanya, ”Pak, air mineralnya tidak bayar?” Lalu penjual soto ayam itu berkata, ”Sudah, tidak apa-apa. Kali ini gratis saja.”

Saya tercengang selama beberapa saat pada waktu itu sambil bertanya pada diri sendiri, ”Kenapa dikasih air mineral gratis ya? Padahal kan soto ayamnya lagi sepi?” Sebagai informasi, memang pada waktu itu soto ayamnya sedang sepi karena mahasiswa lagi libur.

Saya terus mengingat kebaikan penjual soto ayam tersebut.

Seminggu kemudian, saya kembali untuk membeli soto ayam tersebut, karena memang sedang lapar. Kali ini saya juga memesan yang sama seperti yang sebelumnya saya pesan, yaitu soto ayam dengan nasi putih satu porsi untuk saya makan di tempat, dan dua porsi soto ayam untuk saya bawakan kepada keluarga teman saya. kali ini saya tidak memesan air mineralnya karena disediakan teh hangat di meja saya.

Ketika membayar, penjualnya menyebutkan angka Rp 17.000,- Saya bertanya pada penjualnya, ”Bukannya Rp 20.000,- ya? Kan saya beli soto ayam tiga bungkus dan nasi putih satu porsi?” Lalu penjualnya berkata, ”Tidak apa-apa, hari ini seporsinya Rp 5.000,- saja, jadi semuanya Rp 17.000,-”

Saya kembali tercengang dan tidak percaya dengan apa yang saya alami. Pada waktu itu mahasiswa masih libur dan penjualan soto ayamnya masih sangat sepi, namun penjualnya masih bisa memberikan diskon yang secara akal sehat tidak dilakukan olehnya.

Saya terus mengingat kebaikan penjual soto ayam tersebut.

Saya terus menerus berpikir dan berpikir, kenapa penjual soto ayam yang sederhana saja bisa berbuat baik seperti ini? Penjual soto ayam itu tidak mengenal saya, bahkan saya juga sudah lama tidak membeli soto ayam tersebut. Saya juga tidak pernah memberikan suatu kebaikan yang signifikan terhadapnya. Bagi penjual soto ayam itu, saya hanyalah satu dari sekian banyak pembelinya. Namun dia bisa berbuat baik terhadap saya?!

Saya menjadi sangat termotivasi untuk terus menerus berbuat baik kepada orang lain, bahkan orang-orang yang tidak saya kenal sama sekali. Penjual soto ayam yang sederhana saja bisa berbuat baik seperti itu. Saya jadi teringat dengan kata-kata dari Pak Tung Desem Waringin, Win (mengarah ke orang lain) - Win (mengarah kepada diri sendiri). Sejak saat itu saya terus teringat dengan penjual soto ayam tersebut dan saya tergugah untuk menceritakan hal ini kepada orang lain supaya setiap orang yang saya temui bisa terinspirasi dari cerita ini.

Pesan moral dari cerita ini: Mulailah untuk berbuat baik terhadap orang lain di sekitar kita, walaupun terhadap orang-orang yang tidak kita kenal sebelumnya. Kita tidak tahu kapan akan menerima balasannya, namun akan lebih baik jika kita yang lebih dahulu berbuat baik karena itu menandakan bahwa kita punya banyak dan berlimpah dengan kebaikan.

Salam sukses dari Albert Lie

Tidak ada komentar:

Posting Komentar